Selasa, 24 April 2012

Kemesraan Rasulullah Saw dalam Rumah Tangga

"Yang terbaik diantara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya dan aku adalah yang terbaik kepada keluargaku diantaramu." (HR. Tirmidzi no. 3830)
Tentunya Rasulullah Saw juga mencontohkan cara membangun keluarga harmonis. Rasulullah Saw menegaskan bhw istri bukan hanya sebagai objek kesenangan & tempat menyalurkan kebutuhan biologis semata. Begitu pula suami, ia bukan hanya bekerja setiap hari demi mencari rezeki utk anak dan istri belaka. Sesungguhnya antara suami, istri dan anak terdapat pertalian yang suci dan luhur serta agung. Ia adalah mawaddah dan mahabbah. Mawaddah artinya kasih sayang. Mahabbah artinya kecintaan. Dua kata sederhana tapi memiliki arti yang amat dalam.
  1. Sebagai Ayah yang teladan.
    Rasulullah Saw dikenal sbg ayah yg penuh perhatian kepada anak-anaknya meski mereka sudah besar dan berkeluarga. Ketika hendak berangkat Perang Badar misalnya, beliau berpesan kepada Usman bin Afan untuk tidak ikut, agar menjaga istrinya Ruqayyah. Ruqayyah adalah putri beliau yang sedang sakit. Tak lama kemudian, Ruqayyah meninggal dunia. Pada masa-masa senggang, Rasulullah Saw juga sering berkunjung ke rumah anak-menantu dan sahabat-sahabatnya.
  2. Sebagai Mertua yang pengertian.
    Satu minggu setelah kepulangannya dari Badar, beliau mendorong Ali bin Abi Thalib untuk melamar Fathimah secara resmi. Pada mulanya Ali ragu karena merasa dirinya miskin, meskipun telah memiliki rumah sederhana. Tapi, mengingat permintaan itu datang dari Rasulullah Saw, Ali menyatakan kesediaannya. Beberapa bulan kemudian Rasulullah Saw meminta Usman untuk menikahi Ummu Kalsum, adik Ruqayyah. Usman juga menerima permintaan beliau.
  3. Sebagai Kakek yang penyayang.
    Beberapa kali Rasulullah Saw membawa cucunya, Hasan dan Husain ke masjid dgn menggendongnya di atas bahu. Ketika Beliau berdiri dan membaca ayat dalam sholat, cucu tetap di gendongan. Baru ketika rukuk dan sujud, diturunkannya kedua cucunya untuk kemudian digendong lagi ketika berdiri pada rakaat berikutnya.
  4. Sebagai Suami yang teladan.
    Sangatlah terpuji jika seorang suami bersedia membukakan pintu untuk istrinya yg hendak keluar atau masuk. Ini bukanlah suatu aib atau kelemahan, tapi merupakan akhlaq mulia yang dapat menumbuhkan sayang dan perhatian terhadap istri yang pada gilirannya akan dibalas sikap hormat dan ketaatan dari istri terhadap suaminya. Indah ya!
    Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan, "Rasulullah Saw duduk di sisi unta beliau. Lalu beliau meletakkan lututnya lalu istri beliau Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut Rasulullah Saw hingga ia naik ke atas unta." (no: 2235)
  5. Kita mungkin akan berkilah dengan alasan kita terlalu sibuk untuk hal seperti itu. Padahal sibuk mana kita dengan Rasulullah Saw? Beliau menerima ribuan ayat Al-Qur'an dan mengajarkannya, memimpin 19 perang besar, 53 ekspedisi militer. Sibuk mana dengan kita? Di antara hal yang diamanahkan Rasulullah Saw adalah anjuran suami agar mencium istrinya sebelum pergi.
    Aisyah berkata "Rasulullah Saw menciumku, kemudian beliau pergi (ke mesjid untuk) Sholat tanpa memperbarui wudhu." (Shahih, Abdur Razzaq)
    Ciuman yang penuh kesucian dan kehormatan adalah senjata ampuh untuk melawan segala rayuan di luar rumah kita.
Dikutip dari: Twitter @KisahRasul
Diedit dari pihak CM namun tidak mengubah isi dari tweetnya

0 komentar:

Posting Komentar